Jumat, 28 Maret 2008

Cara Kerja Protokol Komunikasi TCP/IP di internet

Pada hari Sabtu (22 Maret) yang lalu, saya menonton sebuah film animasi tentang cara kerja protokol TCP/IP. Film itu menganalogikan berbagai aspek dalam transmisi data pada protokol TCP/IP. Misalnya, paket-paket data dianalogikan dengan truk-truk yang dilabeli oleh alamat IP tujuan, router dan switch yang berfungsi untuk mengalihkan dan memilihkan jalur komunikasi tiap paket data dianalogikan dengan robot yang melempar truk-truk data ke jalur yang tepat, firewall dianalogikan sebagai penjaga pintu yang akan menentukan manakah paket data yang berhak masuk/keluar dalam jaringan, dsb.

Di posting ini, saya ingin menceritakan ulang proses transmisi data menggunakan protokol TCP/IP pada film tersebut. Misal kita mengandaikan bahwa proses data yang akan berlangsung adalah proses data yang direkues klien dari server. Pertama-tama, komputer klien akan mengirimkan data dalam bentuk biner yang isinya meminta rekues data yang diinginkan dari server. Apabila menggunakan protokol IPv4, maka data biner yang ditransmisikan akan berupa data berbentuk 32-bit. Sedangkan apabila menggunakan protokol IPv6, maka data biner tersebut akan sepanjang 128-bit.

Seluruh data biner yang direkues klien ke server tersebut tidak langsung seluruhnya dikirim dalam bentuk satu kesatuan, tapi dipecah-pecah dan dikirim dalam bentuk paket-paket data. Paket-paket data tersebut akan dilabeli dengan alamat IP server tujuan. Seandainya komputer klien tersebut memiliki Firewall, maka Firewall akan “merazia” paket-paket data tersebut. Firewall hanya akan melewatkan paket-paket data yang sesuai dengan “ketentuan” dan setting yang dimiliki oleh Firewall tersebut.

Selanjutnya, paket-paket data ini akan diteruskan ke dalam jaringan LAN (Local Area Network) melalui switch. Switch merupakan alat telekomunikasi yang membuat interkoneksi antar LAN. Paket data yang menuju Switch rawan mengalami data collision (kerusakan paket data), terutama ketika data traffic dalam LAN sedang tinggi. Hal tersebut dikarenakan paket data yang ditransmisikan melalui Switch hanya berlangsung dalam satu arah. Paket data yang selamat dari collison akan diteruskan oleh Switch ke jaringan yang lebih luas lagi daripada skala LAN yang ditangani oleh Switch tersebut.

Setelah paket data melalui switch, maka paket data akan melanjutkan perjalanannya ke jaringan LAN/WAN setempat. Paket data ini selanjutnya harus melalui proxy server yang hanya akan melewatkan sejumlah paket data yang telah terautentifikasi. Paket data yang tidak terautentifikasi akan dihancurkan oleh proxy server tersebut.

Apabila sejumlah paket data tersebut telah terautentifikasi dan berhasil lolos dari proxy server, maka paket data harus melalui router. Router inilah yang menjadi gerbang terakhir pada WAN (di mana komputer klien terdaftar) sebelum masuk ke dalam jaringan internet yang terhubung ke seluruh dunia. Router merupakan sebuah alat yang cerdas di mana router akan selalu mengusahakan jalur tercepat dan terbaik untuk suatu paket data sampai ke alamat IP tujuan.

Ketika suatu paket data telah masuk ke dalam jaringan internet, maka paket data akan menelusuri jaringan internet dengan berbagai media, seperti kabel bawah laut, satelit, dan berbagai media telekomunikasi yang lain. Paket data ini akan terus menelusuri jaringan internet dengan jalur terbaik yang telah dipilihkan oleh router sampai paket data ini mencapai WAN/LAN di mana komputer server terletak.

Sebelum paket data ini dapat memasuki WAN/LAN server tujuan, paket data ini harus melalui Firewall terlebih dahulu. Firewall ini akan menentukan apakah paket data tersebut boleh atau tidak boleh memasuki WAN/LAN server tersebut.

Paket data yang lulus Firewall akan kembali diarahkan oleh bridge, switch, maupun gateway pada jaringan lokal menuju alamat IP server yang dituju. Setelah mencapai alamat IP server tujuan, maka paket data akan di-unpacking sehingga data biner yang direkues oleh klien akan diterjemahkan oleh komputer server. Server kemudian akan mengirimkan data biner yang direkues oleh klien, kemudian kembali membagi (split) keseluruhan data tersebut menjadi paket-paket data. Kemudian paket-paket data ini akan kembali dikirim ke komputer klien dengan metoda TCP/IP.

Kira-kira begitulah proses transmisi data menggunakan protokol TCP/IP. Pada kenyataanya, banyak sekali paket data yang hancur selama proses transmisi tersebut. Namun, kecepatan pengiriman paket data tersebut melalui media fisik secara relatif dapat mendekati kecepatan cahaya (300.000 m/s). Sehingga paket data yang rusak dapat direkues kembali oleh protokol TCP/IP tanpa kita sadari.

- Posting ini dibuat dengan tujuan (salah satunya) untuk memenuhi tugas kaderisasi ARC –

*Sori klo rada sotoy... :P *


Oleh :

Gustaf Ardana (13206187)

Teknik Telekomunikasi – Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Jumat, 21 Maret 2008

Cara Nginstall FreeBSD menggunakan VMware

Saya baru saja melakukan instalasi FreeBSD dan Linux Ubuntu versi 7.04 dengan menggunakan VMware workstation. Apa itu VMware? VMware adalah sebuah software untuk membuat sebuah mesin virtual (virtual machine) yang dapat mengoperasikan suatu operating-system yang dijalankan dalam operating-system lainnya, misalnya FreeBSD yang dioperasikan dalam Microsoft Windows XP. Ibarat fungsi rekursif dalam logika pemrograman.

Jadi dalam kasus yang saya lakukan, saya melakukan instalasi FreeBSD (dan Linux Ubuntu) di dalam sistem operasi Microsoft XP Professional. Karena pada umumnya melakukan proses instalasi suatu sistem operasi menggunakan VMware adalah hampir sama, maka dalam posting ini, saya hanya akan coba sharing dengan rekan2 tentang proses instalasi FreeBSD yang baru saja saya lakukan.

Installer dan Live-CD FreeBSd (maupun Ubuntu) dapat didownload dari internet dan banyak beredar di mana-mana. Selain itu, program VMware pun dapat didownload dari berbagai macem situs internet. Tanya aja dengan Mbah Google. Oh ya, untuk installer FreeBSD dapat kita gunakan file berformat iso ataupun langsung menggunakan CD. Bagi rekan2 yang punya akses dengan jaringan ITB, menurut teman saya installernya yang berbentuk ISO (berikut VMware) dapat didownload di ftp://user.arc.itb.ac.id (saya sendiri belum pernah mendownload dari sini).

Dalam instalasi kali ini, saya menggunakan installer FreeBSD berupa CD. Setelah meng-install VMware dalam Windows XP yang saya gunakan, silakan open aja tuh VMware. Selanjutnya akan muncul windows seperti ini...


Selanjutnya kita akan melakukan setting terhadap virtual machine yang akan kita buat sebagai induk semang dari FreeBSD yang akan kita install. Setelah muncul windows tersebut, klik opsi “New Virtual Machine”. Saya tidak akan menampilkan gambar untuk setting virtual machine ini karena akan terlalu banyak. Setelah meng-klik opsi “New Virtual Machine”, akan muncul windows “New Virtual Machine Wizard”, klik saja Next. Selanjutnya pilih mode “Typical” pada windows Virtual Machine Configuration. Lalu pilih operating-system “other” pada opsi guest operating-system kemudian set version pada “FreeBSD”, lalu klik Next. Lalu pilihlah lokasi direktori mana kita akan menyimpan file-file FreeBSD kita. Direktori ini selanjutnya akan berisi file-file virtual machine FreeBSD yang akan memakan space yang besar (tergantung pilihan kapasitas yang akan kita sediakan untuk FreeBSD yang akan kita install). Makanya pilih direktori yang masih memiliki freespace yang cukup besar pada partisi windows di harddisk kita.

Selanjutnya VMware akan bertanya tentang Network Connection yang akan kita gunakan, pilih saja mode “Use Network Address Translation”. Dengan menggunakan mode ini, mesin virtual FreeBSD kita akan berlaku seperti sistem operasi mandiri dan memiliki alamat IPnya sendiri, serta dengan mengonfigurasi router/modem, FreeBSD itu dapat menjadi sebuah server (meskipun berupa mesin virtual, artinya bekerja secara virtual dalam sistem operasi Windows XP). Kemudian akan ditanyakan alokasi diskspace yang akan kita sediakan untuk FreeBSD. Saya memilih alokasi 8 Gigabyte. Jangan centang opsi “Allocate All Diskspace Now” jika teman2 tidak ingin menjadikan FreeBSD sebagai sistem operasi utama. Setelah menentukan alokasi diskspace, klik saja Finish.

Setelah itu, pastikan CD berisi installer FreeBSD telah berada dalam CD-ROM. Lalu silakan klik “start this virtual machine”. Atau jika mau, boleh konfigurasi default hardware yang akan dialokasikan untuk mengoperasikan FreeBSD dengan klik “edit virtual machine setting”. Silakan pilih konfigurasi memory, harddisk, CD-ROM dll. Saya memilih 512 MB alokasi memory untuk digunakan FreeBSD nanti (berhubung laptop saya terpasang 2GB memory). Centang juga “connect exclusively to this virtual machine” pada setting CD-ROM connection. Setelah cocok, baru klik “start this virtual machine”. Akan muncul windows Selamat Datang :


FreeBSD akan secara otomatis meload CD dari CD-ROM. Lalu akan ditanyakan country selection untuk menentukan tipe keyboard yang kita gunakan seperti berikut :


Pilih saja tipe keyboard standar yaitu United States. Lalu akan muncul windows berikut :

Pilih saja usage standard (begin a standar installation – recommended). Berikutnya klik saja OK, lalu akan muncul windows untuk melakukan slice (partisi) pada FreeBSD. Saya membuat empat partisi (untuk memudahkan operasi FreeBSD nantinya), yaitu untuk root atau /, /usr , /home (semacam direktori my document pada windows), dan swap. Hasilnya seperti ini :

Lalu akan muncul windows Boot Manager seperti berikut. Pilih saja “install boot manager”, lalu OK. Lalu akan muncul windows yang memberikan instruksi untuk menginstall partisi pada slice yang telah kita buat tadi. Ketik saja “A” untuk Auto Default kemudian Q (finish). Hasil dari slice partisi FreeBSD tadi seperti berikut :

Selanjutnya akan muncul berbagai windows. Untuk pilihan “install FreeBSD port collection” pilih Yes. Nah, ini baru penting : Pada windows choose installation media pilih opsi 1 yaitu “install from a FreeBSD CD/DVD” (untuk meng-install dari CD-ROM drive) seperti berikut :

Kemudian akan muncul windows konfirmasi yang menanyakan bahwa kita bersedia menerima risiko kehilangan data-data dari operating-system yang telah eksis. Tapi tenang aja, dengan menggunakan VMware, kita terbebas dari risiko kehilangan data-data penting pada sistem operasi Microsoft Windows XP (yang saya gunakan – misalnya) karena dengan VMware kita seolah-olah tidak pernah menginstall sistem operasi apapun sebelumnya. Pilih YES. Selanjutnya tinggal buat kopi, dan tunggu sampai proses instalasi FreeBSD selesai.

– Posting ini dibuat untuk tujuan (salah satunya) memenuhi tugas kaderisasi ARC –

Dibuat oleh :

Gustaf Ardana (13206187)

Teknik Telekomunikasi ITB - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Jumat, 07 Maret 2008

Sesirih Kapur ttg FreeBSD

* posting pertama gua di blog ini tentang bidang IT, spesial bwt kru2 ARC... :P *

Apa itu FreeBSD...?

FreeBSD merupakan sebuah operating sistem bertipe open source yang menyerupai UNIX. Kenapa disebut menyerupai UNIX? Karena pada dasarnya, FreeBSD bukan sebuah klon dari UNIX, dia adalah sebuah turunan dari AT&T UNIX (yang sistem kerjanya mengadopsi UNIX).

FreeBSD ini merupakan sebuah sistem operasi yang sangat handal karena memiliki masa uptime yang panjang, tidak kalah dengan sistem operasi berbasis UNIX. Artinya, FreeBSD sanggup untuk menjalankan peran sebagai os sebuah server tanpa perlu mengalami hang, crash, dan update kernel dalam waktu yang sangat lama (bisa sampai bertahun-tahun, katanya...).

FreeBSD sendiri mulai berkembang dengan sangat pesat sejak awal tahun 1990an yang dipicu oleh patchkit (sebuah program atau sistem operasi, biasanya bertipe opensource, yang dikembangkan oleh banyak orang) yang dikembangkan oleh para pengguna sistem operasi 386BSD. Nah, patchkit dari para user os. 386BSD ini lalu dikembangkan lebih lanjut dengan mengadopsi sistem operasi hasil pengembangan dari Universitas Kalifornia – Berkeley yaitu 4.3BSD-Lite dengan menggunakan banyak komponen 386BSD dan kode dari Free Software Foundation.

Peluncuran versi resmi pertama FreeBSD dikoordinir oleh Jordan Hubbard cs pada akhir tahun 1993. Nama ”FreeBSD” sendiri dicetuskan oleh David Greenman. Perkembangan versi awal FreeBSD ini sangat pesat karena sebuah perusahaan distribusi CD (compact disk, tau lah ya... :-) bernama Walnut Creek CDROM sepakat bekerja sama untuk mendistribusikan FreeBSD dalam bentuk CD dan online dengan koneksi internet yang cepat. Hasilnya, pada tahun 1996 FreeBSD digunakan secara luas, bahkan oleh banyak ISP (internet service protocol) komersial. Saat ini, perkembangan FreeBSD telah mencapai versi stabil 7.0 yang baru dirilis kmaren-kmaren, tanggal 27 Februari 2008.

FreeBSD punya logo yang cukup unik, sebuah setan merah yang dinamakan Beastie. Banyak yang nganggap si Beastie itu lucu dan pas digunakan sebagai logo FreeBSD, tapi ada juga yang gak setuju klo Beastie jadi logo resmi FreeBSD, alasannya karena dianggap tidak menjual. Tapi klo kata gua sih Beastie tuh keren juga loh... Gak percaya? Liat aja nih fotonya :


Lucu yak...?

*hehe, tulisannya dkecilin aja ahh... :P *

posting tentang FreeBSD ini gua cari inspirasinya dari : http://en.wikipedia.org

by gustaph ardana – cakru ARC tahun 2007 & 2008 ^_^